LANGKAR.ID.BANJARMASIN – Kabar duka menyelimuti Kalimantan Selatan. Dr. H. Mohammad Effendy, S.H., M.H., akademisi sekaligus tokoh demokrasi yang selama ini dikenal kritis dan konsisten memperjuangkan keadilan, wafat pada usia 67 tahun. Kepergian beliau meninggalkan duka mendalam, tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi dunia pendidikan, hukum, dan pergerakan sosial di Banua.
Selama puluhan tahun, almarhum menjadi sosok yang tak pernah lelah membagikan ilmu, gagasan, dan pendampingan. Ia bukan hanya dosen di Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat, tetapi juga mentor, penulis, dan penggerak diskusi publik. Pemikiran serta sikap kritisnya telah memberi arah bagi generasi muda dan menjadi penopang bagi perjuangan demokrasi di daerah ini.
Beliau meninggalkan seorang istri, Hj. Milayatie, serta tiga orang anak: Herry Azhar Pradana, Yunizar Adiputera, dan Mohammad Adhiya Riswandha.
Sosok Panutan dan Inspirator
Norhalis Majid, sahabat sekaligus kolega almarhum di Forum Ambin Demokrasi, menyampaikan rasa kehilangan yang mendalam.
“Kami kehilangan sosok kritis yang mau mendampingi serta senantiasa membimbing anak-anak muda untuk memahami berbagai isu politik, demokrasi, ketatanegaraan, dan berbagai isu lainnya. Sosok sederhana yang mau bergaul dengan siapa pun tanpa memilih. Sosok yang dihormati di kalangan senior karena konsistensinya dalam keilmuan, sikap, dan posisi. Menjadi panutan anak-anak muda karena terus kreatif, rajin, dan tekun menelorkan gagasan-gagasan baru sebagai perangsang berpikir dan berdiskusi.”
Menurutnya, Kalimantan Selatan benar-benar kehilangan figur penting. Effendy tidak hanya seorang akademisi, melainkan penjaga nurani publik.
“Banyak sekali jasa beliau, terutama dalam bidang hukum, kepemiluan, dan demokrasi. Beliau tekun mengawal pemilu yang jujur, adil, dan partisipatif, baik melalui tulisan di berbagai media maupun pernyataan dalam diskusi. Beliau sangat marah bila ada yang menghianati demokrasi, dan selalu tegas melawannya.”
Norhalis juga menegaskan sulit mencari sosok seperti Effendy di kalangan akademisi.
“Tidak banyak, bahkan sangat sedikit tokoh seperti beliau. Yang konsisten dengan idealisme, berpihak pada keadilan, kebenaran, dan kelompok yang dikalahkan. Pikirannya jernih, tidak mudah diintervensi kepentingan. Seorang yang teguh, setia kawan, mau mendengarkan, dan dewasa menyikapi perbedaan pandangan.”
Forum Ambin Demokrasi menyatakan, kehilangan Effendy adalah kehilangan yang tak tergantikan.
“Selamat jalan, Dr. Mohammad Effendy. Semoga Allah menempatkan beliau bersama orang-orang yang dimuliakan-Nya. Aamiin.”
Warisan Pemikiran
Selain aktif di forum dan diskusi, almarhum juga kerap menulis di berbagai media, termasuk Langkar.id. Bahkan, pada awal Agustus 2025, beliau menulis refleksi kemerdekaan yang begitu intens, seolah meninggalkan pesan dan harapan terakhir bagi negeri ini.
Segenap pimpinan dan tim redaksi Langkar.id turut menyampaikan duka cita mendalam. Kontribusi almarhum melalui tulisan-tulisannya akan selalu menjadi warisan pemikiran yang menginspirasi.
Kehilangan Besar bagi Banua
Kepergian M. Effendy bukan hanya duka keluarga besar Fakultas Hukum ULM, tetapi juga kehilangan besar bagi masyarakat Kalimantan Selatan. Namanya akan selalu dikenang sebagai sosok sederhana, kritis, konsisten, dan penuh dedikasi dalam mengawal demokrasi dan keadilan.
Selamat jalan, Dr. H. Mohammad Effendy. Jasa, pemikiran, dan keteladananmu akan terus hidup dalam ingatan dan perjuangan banyak orang. (Tim Redaksi)

