BerandaBANUABanjarmasinMenolak Lupa Jumat Kelabu, Sanggar Titian Barantai Refleksikan Peristiwa Kelam 27 Tahun...

Menolak Lupa Jumat Kelabu, Sanggar Titian Barantai Refleksikan Peristiwa Kelam 27 Tahun Silam

LANGKAR.ID, Banjarmasin – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sanggar Titian Barantai Universitas Islam Kalimantan (Uniska) MAB, menggelar aksi teatrikal dan longmars yang mereplikasikan peristiwa kelam 27 tahun silam, dipinggir Jalan Pangeran Samudra, Selasa (23/5/2023).

Longmars dimulai dari Mitra Plaza, Jalan Pangeran Antasari, Jalan Pangeran Samudera, Jalan Bank Rakyat, Jalan Simpang Hasanudin, Jalan Simpang Sudimampir dan kembali ke Jalan Pangeran Antasari depan Mitra Plaza untuk melalukan doa bersama.

Longmars dilakukan untuk memberitahukan kepada masyarakat, bahwa ada kejadian memilukan pada 23 mei 1997 yang banyak memakan korban, bahkan diduga ada pelanggaran HAM.

Ketua Umum Sanggar Titian Barantai Ahmad Mujahid Waridi mengatakan, sebagaimana pegiat seni teater, Sanggar Titian Barantai ingin mengingatkan kembali bahwa di Banjarmasin terjadi peristiwa kelam yakni Jumat kelabu 23 Mei 1997.

“Sudah 27 tahun kejadian itu terjadi, kami berharap kejadian serupa tidak terulang, kasus itu sendiri hingga saat ini masih abu-abu, sekarang mendekati tahun politik kami menghimbau agar kejadian serupa tidak terjadi lagi,” harapnya.

Sementara itu, Pimpinan Produksi Teaterikal Indra Rahman Hakiki menyampaikan, teatrikal kali ini menggambarkan konsep saat kejadian, dimana banyak perempuan yang jadi korban dari massa yang menjarah di Mitra Plaza.

“Tadi ada orang buta yang menandakan kegelapan, dia tidak tau dengan warna, baik itu kuning, hijau atau merah, begitu juga dengan wanita yang matanya tertutup, menggambarkan ada pemerkosaan dan penculikan,” ucapnya.

Cerita pahit saat kejadian disampaikan oleh Ramli (28) warga Kelayan, Banjarmasin, dimana ayahnya Badruddin menjadi korban jumat kelabu, menurut ibu kandungnya ketika itu dia baru serusia tiga tahun dan dibawa oleh sang ayah shalat jumat di Masjid Noor.

“Ketika itu ada pawai, konvoi dari Golkar, masyarakat marah karena bertepatan shalat jumat termasuk bapak saya, kemudian ayah saya setelah pulang salat Jumat Kekelayan lalu mengajak orang-orang Kelayan untuk ikut merusuh di Toko Lima Cahaya,” paparnya.

Dikatakan Ramli, ayah bersama teman-temanya kembali merusuh ke Mitra Plaza. Selain merusuh, di Mitra juga terjadi penjarahan oleh massa aksi kala itu, dari kelompok Ayahnya hanya satu orang yang selamat dan dia menceritakan, ayahnya meninggal disitu.

“Saya sangat kehilangan sosok ayah dari kecil, hanya doa yang busa saya kirimkan dan berziarah setiap tahun,” tutupnya. (L186)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

BACA JUGA